Oleh: Gilar Wicaksono
TUJUAN
- First ascent tebing puncak rajawali, dengan metode traditional climbing dan teknikfree climbing.
- Menghasilkan dokumentasi berupa video dan foto yang layak publikasi, serta
informasi jalur panjat tebing yang sesuai.
MANFAAT
- jalur panjat tebing dapat digunakan secara umum, sarana latihan untuk atlet yangakan melakukan ekspedisi di daerah tinggi dengan suhu rendah.
- Menambah daya tarik wahan petualangan di gunung sumbing.
TIM
- Pemanjat tebing : Gilar Wicaksono & Daniel Christomean
- Dokumentasi : Roman Lazuardi
- Logistik dan camp : Hamam Aulia
- Pendukung : Ghani Yuhrizal & Danang Suto
MATERI YANG HARUS DICAPAI
Pemanjat | Seluruh Tim |
Trad/Artificaial climbing | High altitude camping |
Multipitch climbing | PPGD |
Aid climbing | |
Self rescue | |
Vertical rescue |
Persiapan Ekspedisi
Maret
- Workout, 3 kali seminggu, target: atlet panjat
- Squat (15×4 rep)
- RDL (15×4 rep)
- Pull up (15×4 rep)
- Push up (15×4 rep)
- Crunches (12×4 rep)
- Bicycle crunches (12×4 rep)
- Dead hang (30″x4 rep)
- Hal hang (30″x4 rep)
- Endurance boulder (5″x3 rep, rest 5″): 2 kali seminggu
- Trad climbing, 1 kali seminggu, target: atlet panjat
- Jogging (5 km), 1 kali seminggu, seluruh tim
April
- Workout, 3 kali seminggu, target: atlet panjat
- Squat (15×4 rep)
- RDL (15×4 rep)
- Pull up (15×4 rep)
- Push up (15×4 rep)
- Crunches (12×4 rep)
- Bicycle crunches (12×4 rep)
- Dead hang (30″x4 rep)
- Hal hang (30″x4 rep)
- Endurance boulder (5″x3 rep, rest 5″): 2 kali seminggu
- Trad climbing, 1 kali seminggu, target: atlet panjat
- Jogging (5 km), 1 kali seminggu, seluruh tim
- High altitude/survei lokasi, 1 kali, seluruh tim
- First ascent, 1 kali, seluruh tim
Mei
- Workout, 3 kali seminggu, target: atlet panjat
- Squat (15×4 rep)
- RDL (15×4 rep)
- Pull up (15×4 rep)
- Push up (15×4 rep)
- Crunches (12×4 rep)
- Bicycle crunches (12×4 rep)
- Dead hang (30″x4 rep)
- Hal hang (30″x4 rep)
- Endurance boulder (5″x3 rep, rest 5″): 2 kali seminggu
- Trad climbing, 1 kali seminggu, target: atlet panjat
- Jogging (5 km), 1 kali seminggu, seluruh tim
- Vertical rescue (hauling lowreng), 1 kali, seluruh tim
- High altitude climbing (tebing Dieng), 1 kali, seluruh tim
Juni
- Wrkout, 2 kali seminggu, target: atlet panjat
- Squat (15×4 rep)
- RDL (15×4 rep)
- Pull up (15×4 rep)
- Push up (15×4 rep)
- Crunches (12×4 rep)
- Bicycle crunches (12×4 rep)
- Dead hang (30″x4 rep)
- Hal hang (30″x4 rep)
- Climbing problem, 3 kali seminggu, target: atlet panjat
- Trad climbing, 1 kali seminggu, target: atlet panjat
- Jogging (5 km), 1 kali seminggu, seluruh tim
- High altitude/survey lokasi, 1 kali, seluruh tim
Juli
- Workout, 2 kali seminggu, target: atlet panjat
- Squat (15×4 rep)
- RDL (15×4 rep)
- Pull up (15×4 rep)
- Push up (15×4 rep)
- Crunches (12×4 rep)
- Bicycle crunches (12×4 rep)
- Dead hang (30″x4 rep)
- Hal hang (30″x4 rep)
- Climbing problem, 3 kali seminggu, target: atlet panjat
- Trad climbing, 1 kali seminggu, target: atlet panjat
- Jogging (5 km), 1 kali seminggu, seluruh tim
- High altitude/survey lokasi, 1 kali, seluruh tim
Deskripsi Kegiatan
27 September 2021, Proses Packing
Gilar, Daniel, Pace, Roman, Kancel dan Mas Danang merupakan tim Turning Point
yang akan berangkat ke puncak Rajawali. Hari itu jadwalnya packing, seperti biasa
Pace memperbolehkan rumahnya jadi tempat kumpul tim untuk persiapan & packing logistik yang akan dibawa besok.
Tim panjat (Daniel dan Gilar) mempersiapkan set pribadi: satu harnes, satu sepatu panjat, dua belay device (gri-gri dan ATC), dua cowstail plus dua carabiner snap, satu ascender berupa jumar dan carabiner screw, satu helm, satu chalkbag, dua etrier, pitch set berupa dua sling dan tiga carabiner screw. Pitch set berfungsi untuk membuat anchor. Tiap pemanjat membawa satu palu, satu nut tools/ coker, satu sky
hook, prusik untuk back up saat descending dengan atc, headlamp dan batre cadangan, serta membawa sepasang sarung tangan. Selanjutnya, mengelompokkan pengaman sisip, stopper, hexa, friend, dan piton berdasarkan ukuran jari. Pengelompokkan menggunakan carabiner jenis oval snap (supaya lebih gampang mengakses seluruh pengaman) yang dibedakan dengan stiker berwarna pada tiap ukuran.
Selaku ndan camp, Pace sebelumnya sudah mempersiapkan konsumsi yang akan dibawa. Konsumsi berupa oatmeal, roti tawar, mie instan, telur, sosis, kering tempe, wortel, tomat, kentang, timun, pisang, semangka, melon, dan beberapa makanan ringan. Mereka juga membawa nasi instan, menurut mereka akan lebih menghemat waktu dan air pada proses masaknya. Malamnya, briefing menentukan kelompok
tenda, supaya logistik yang akan di packing bisa menyesuaikan tiap kelompok. Setelah packing mas Danang berangkat duluan ke basecamp, “nek mangkat isuk wedi ra tangi aku” (kalo berangkat pagi takutnya gak bangun) katanya.
28 September 2021, Jogja-Basecamp Butuh
ALPINE!! Sekitar jam 09.00 pagi, Gilar, Daniel, Kunam, Pace, dan Roman berangkat ke basecamp Butuh Kaliangkrik. Di perjalanan mereka mampir dulu ke warung untuk beli makanan ringan sekalian sarapan. Jam 11.00 mereka sampai Desa Butuh, ternyata parkiran mobil cukup jauh dari basecamp jadi mereka harus sedikit jalan kaki, yah lumayan lah buat pemanasan.
Basecamp Butuh Menuju Pos Tiga
Sampe di basecamp makan siang dulu, warung mas bro sebelah basecamp selalu jadi andalan. Setelah makan kembali ke basecmap dan mulai membongkar tas untuk ceklist ulang logistik dan pengecekan dari pihak basecamp. Basecamp Butuh merupakan salah satu basecamp gunung yang memiliki fasilitas sewa ojek. Untuk sedikit mempermudah, tas mereka semua di bawa ojek sampai pos ojek di bawah pos satu. Sesuai rencana, malam ini mereka camp di pos tiga karena dekat sama sumber air dan area campnya cukup luas. Selama perjalanan mereka selalu berhenti tiap pos untuk makan supaya tetap bertenaga. Sampe di pos tiga sekitar jam 19.00, masang tenda, makan malam, dan tidur.
29 September 2021, Pos Tiga-Camp Kawah (Segara Banjaran)
05.00 Pace dan Daniel bangun duluan, mereka siap-siap membuat sarapan sambil membangunkan yang lainnya. Oatmeal toping pisang dan coklat jadi sarapan yang menyenangkan. Target hari ini sampai di kawah dan mendirikan camp, estimasi sampai lokasi jam 15.00. Pagi itu sepertinya sedikit tergesa – gesa, saat berjalan beberapa meter sebagian dari tim nampak terengah-engah karena mungkin kurangnya waktu penyesuaian dengan ketinggian ditambah beban yang cukup berat, sekitar 30-35 kg. Setelah jalan cukup cepat mereka istirahat di sungai terakhir. Pace dengan sigap memotong melon dan membagikannya. Melon habis, mereka isi ulang air dan setelah itu lanjut jalan menuju pos empat. Tengah hari mereka sampai di pos empat, karena cuaca sangat panas dan pos empat tidak ada tempat yang teduh, jadi mereka memutuskan naik sedikit untuk mencari pohon. Tidak jauh dari pos empat mereka istirahat di bawah pohon sambil makan siang, sandwich jadi pondasi yang cukup kuat untuk langsung gas menuju kawah. Sesuai target, sekitar jam15.00 mereka sampai camp kawah. Camp berada di sebelah batu besar di atas bukit kecil sisi timur Tebing Rajawali. Kondisi kawah Sumbing di dominasi semak – semak, yang mengharuskan mereka membersihkan dan meratakan area camp dahulu sebelum mendirikan tenda. Makan malam, mereka masak nasi kare dan beberapa potong sosis. Selesai makan lanjut briefing buat besok pagi, rencana besok bangun jam 04.00 untuk sarapan, lanjut mempersiapkan alat, dan memperkirakan jalur yang akan di panjat. Jam 05.00 harus sudah ada di bawah tebing.
30 september 2021, Manjat Tebing Rajawali
Sekitar jam 04.30 mulai bangun, Pace, Daniel, dan Mas Danang sudah siap di depan kompor. Sarapan pagi itu adalah oatmeal dengan variasi toping selai coklat, selai kacang, kering tempe, dan SKM. Setelah sarapan Gilar, Daniel, Kunam dan Mas Danang mempersiapkan alat panjat, Pace bertanggungjawab dengan bekal makan siang dan Roman mendokumentasikan itu semua.
Jalan ke tebing cukup curam dan tertutup ilalang. Patokan untuk ground/ titikawal pemanjatan adalah pohon besar di atas boulder yang terlihat dari camp. Sesuai rencana di awal, Daniel manjat pertama sampai pitch Cantigi Kembar. Kunam dan Mas Danang jadi tim suport lewat fix line. Karena peralatan yang akan dibawa naik cukup banyak, Daniel sebagai pemanjat pertama membawa tali transfer yang nanti digunakan untuk transfer logistik.
Ground-Pitch Teras Pertama
Daniel mulai manjat sekitar jam 06.30 dengan boulder sekitar enam meter dan beberapa batu jatuh menjadi ucapan selamat datang. Pada jalur ini pengaman memanfaatkan tumbuhan cantigi dan celah kecil. Sekitar 15 meter manjat, Daniel berhenti dan membuat pitch. Alasannya jika dilanjutkan kemungkinan besar tali nyangkut dan belayer akan terhalang boulder dan semak-semak.
Pitch Teras Pertama-Pitch Cantigi Kembar

Pemanjat kedua naik ke pitch Teras Pertama, Daniel lanjut manjat sampai target pitch dua, yaitu pitch Cantigi Kembar. Jalur menuju pitch Cantigi Kembar sedikit slab, pegangan didominasi crimp dan beberapa open. Pengaman yang dipasang friend ukuran dua jari, stopper mikro, piton angle, dan sling. Setelah Daniel sampai di pitch Cantigi Kembar, kini giliran Gilar naik. Mendekati pitch Cantigi Kembar, Gilar sedikit kaget, Daniel ternyata gak masang pengaman sekitar enam meter sampai pitch Cantigi Kembar. Katanya, “batunya gampang lepas, gak ada tempat buat masang pengaman, dan aku yakin bisa sampai pitch Cantigi Kembar tanpa jatuh”.
Pitch Cantigi Kembar-Pitch Cantigi Tunggal/Celah Hangat
Menuju pitch selanjutnya Gilar leading. Awal pemanjatan jalur sedikit scrambling dengan beberapa batu lepas, setelah itu jalur mulai tegak 90 derajat. Perencaan jalur yang kurang cermat membuat Gilar harus sedikit traverse ke kiri sekitar enam meter supaya bisa sampai ke pitch Cantigi Tunggal. Dampaknya adalah tali yang susah di tarik karena terlalu membelok. Pengaman yang dipasang: piton
angle, stopper mikro hingga ukuran sedang, dan friend ukuran sedang.
“Duwur tenan cok” kata Gilar. Ini merupakan big wall pertama baginya. Ketinggian menjadi masalah pertama yang ia hadapi, Gilar mengatasinya dengan berhenti dulu sebentar, mencoba menenangkan pikiran lalu lanjut manjat lagi. Selain itu juga banyak batu goyang dan beberapa jatuh, berhenti lagi adalah pilihan yang tepat. Menenangkan pikiran, coba manjat pelan-pelan dan membangun kepercayaan diri. Memisahkan rasa takut, rasa takut karena itu membahayakan atau rasa takut karena ketinggian dan itu tidak membahayakan.
Sekitar jam 14.00 Gilar sampai di pitch Cantigi Tunggal, kondisi pitch cukup hangat karena angin terhalang dua pilar besar berbentuk tetesan air. Stasiun belay agak turun dari pitch karena friksi. Daniel naik cukup cepat, sekitar 45 menit sampai pitch Celah Hangat. Target pitch selanjutnya, yaitu ujung pilar batu berbentuk tetes air. Fix line sudah dipasang dan Kunam siap naik membawa logistik.
Daniel mulai manjat dan harus melewati celah cabang pohon cukup besar di antara tumpukan batu, sedikit ribet kalo dilihat. Sekitar jam 16.00, setelah Daniel masang sekitar lima pengaman, Gilar dan Daniel memutuskan untuk turun dan lanjut besok pagi. Pertimbangan pertama, pengaman sisip yang dibawa Daniel kurang karena beberapa piton tertinggal di jalur menuju pitch Cantigi Tunggal. Angin kencang, udara semakin dingin, kabut mulai datang, dan kondisi pemanjat sudah kecapekan menjadi pertimbangan berikutnya yang membuat pilihan turun sangat bijak kala itu. Malam yang sangat melelahkan. evaluasi kegiatan hari ini adalah perlu banyak minum danmakan, sekarang waktunya istirahat besok manjat lagi.
1 Oktober 2021, Pitch Celah Hangat-Pitch 90 Terakhir
Agak siang dari hari sebelumnya, mereka bangun jam 05.30. Rencana hari ini tim di bagi dua, tim pemanjat Gilar dan Daniel serta tim support ada Roman, Pace, Kunam, dan Mas Danang yang rencana langsung naik ke Puncak Rajawali, karena target hari ini pemanjat sampai top pada tengah hari.
Kemarin, fix line yang di pasang dari pitch celah hangat sekitar 70 meter friksi cukup parah, dan itu sangat mengganggu pikiran. Kedua pemanjat, “gimana caranya kita gak mati kalo fix line putus”. Cara paling efektif menurut mereka adalah dengan membelay orang yang sedang ascending, kata Daniel “setidaknya kalo talinya putus, kita gak jatuh jatuh sampai ground”. Daniel ascending pertama sampai di pitch cantigi kembar disusul Gilar, di pitch cantigi kembar Gilar lanjut ascending ke pitch celah hangat. selanjutnya Daniel ascending sambil melepas beberapa piton yang kemaren tertinggal.
Sekitar jam 09.00 Gilar dan Daniel sampai di pitch celah hangat. Gilar leading dengan target pitch 90 terakhir atau pitch ujung pilar batu berbentuk tetesan air. Pengaman di dominasi stopper ukuran kecil, piton angle, dan beberapa friend ukuran dua sampai tiga jari. Kondisi jalur terdiri dari celah vertikal dan beberapa tumpukan batu horizontal, di beberapa bagian tumpukan batu membuat jalur sedikit overhang. Jalur ini merupakan jalur terakhir dengan kemiringan 90 derajat.
Jam 11.00 Gilar sampai di pitch 90 terakhir, pitch berbentuk teras yang tersusun dari tumpukan boulder yang celah – celahnya bisa dimanfaatkan untuk masang pengaman.
Pitch 90 Terakhir – Pitch Bayangan dan Top Rajawali

Setelah istirahat, Daniel gantian leading dengan mulai mengalungkan webbing pada boulder sebagai pengaman pertama. Terjadi sedikit kecelakaan sebelum sampai top, Roman sebagai kameramen yang sedang berada di fix line tertimpa batu cukup besar yang menjepit kakinya, dan mengharuskan Daniel membuat pitch darurat untuk membantu Roman. Setelah semua terkondisikan, Gilar lanjut lead menuju top, tidak ada pengaman yang dipasang, jalur berupa tumpukan batu lepas yang membentuk punggungan kecil.
Hingga pemanjat terakhir telah mencapai puncak dan seluruh peralatan diletakkan, semua tim berkumpul di antara perdu dan pepohonan cantigi. Gilar, Daniel dan Roman terduduk beristirahat, Pace, Mas Danang dan Kunam bergerak membantu menanggalkan setiap alat yang menggantung di badan mereka. Setelah
mengisi perut dengan sekedarnya, mereka kembali mengangkat seluruh alat dan berjalan kembali menuju camp di dasar tebing.
Sore yang sangat cerah, mereka duduk melingkar didepan kompor dan menertawakan semua yang telah terjadi. Tebing Rajawali telah selesai di panjat, malam ini tidur dengan nyenyak.
2 Oktober 2021, Camp Kawah kembali ke Basecamp Butuh
Pagi yang sangat santai, mereka bangun sedikit siang, tidak tergesa-gesa, menikmati sarapan sembari menatap tebing, masih sedikit tidak percaya bahwa tebing Rajawali berhasil dipanjat. Rencana hari ini langsung turun ke Basecamp Butuh dan pulang ke Jogja. Mereka turun cukup cepat dan beruntungnya hujan deras turun saat mereka semua sudah sampai basecamp, sekitar jam 15.00 mereka sampai di basecamp.

Secara keseluruhan, Tebing Rajawali memiliki tingkat kesulitan jalur yang terbilang tidak terlalu sulit, beberapa bagian scrambling dengan pegangan yang cukup variatif, perkiraan mereka menggunakan Yosemite Decimal System berada di kisaran grade 5.6 sampai 5.10. Pengaman atau tambatan yang mereka gunakan berupa friend dengan ukuran tidak lebih dari tiga jari, stopper ukuran mikro sampai sedang, piton blade, bong dan angle, dan beberapa sling. Kendala pertama dalam pemanjatan ini
adalah letak tebing di ketinggian 3200 mdpl, udara dingin dan angin kencang menjadi masalah cukup serius. Menurut Gilar dan Daniel, hal yang paling mengganggu mental mereka adalah kondisi batuan yang tidak stabil, terutama setelah dari pitch 90 terakhir, batuan sangat mudah lepas, “misalkan hujan, semua akan menjadi sangat buruk, kemungkinan longsor dari puncak cukup besar” ucap mereka.
Mereka berpesan untuk siapapun yang memanjat Tebing Rajawali selanjutnya, untuk mengencangkan hanger yang terpasang di pitch cantigi kembar, dua hanger terpasang disana. Hati – hati dan terimakasih telah mengapresiasi kegiatan kami.