ROPE SOLO CLIMBING, BIGWALL SUMBING GUNUNG KELUD: Susahnya Menjaga Mental Agar Tetap Stabil

Ditulis oleh Gilar wicaksono (KS 351 AM)

Jauh sebelum itu, sekitar agustus 2020 saya tidak sengaja menemukan video di youtube dengan judul “Without a partner, Pete Whittaker rope solos El Capitan in under 24 hours”, hmm.. sedikit heran. “oh ternyata ada to teknik kayak gitu, oke ayo di coba”, kurang lebih begitulah tanggapan saya saat melihat rope solo climbing.

Setelah itu, berbekal video-video dari youtube dan juga berkali-kali mempraktekannya, tahun 2022 saya ingin melakukannya di tebing yang lebih besar. Di kepala saya langsung terpikir untuk melakukannya di tebing sumbing gunung kelud, karena lokasinya di area puncak, dingin dan berkabut, jadi harus di panjat.

Berangkat

Hiruk Pikuk Kendaraan Saya

“kayaknya dulu jogja – kediri gak sejauh ini deh”. yahh..motoran Jogja – kediri memang kegiatan yang melelahkan, itulah yang membuat saya tergoda untuk bermalam di penginapan saja daripada harus mendirikan tenda.

Sesampainya di penginapan yang berlokasi di desa sugihwaras, saya langsung berkeliling sebentar sambil cari makan. Sudah jam 22.00 ternyata, jalanan sepi, hanya beberapa truck pengangkut pasir lalu lalang sambil terkadang bikin mata perih. Malam itu mungkin hanya “nasi goreng mbah sareh” yang masih buka. Sembari makan nasi goreng, saya masih bingung soal perizinan yang mau saya urus besok, sejujurnya malah masih belum tau gimana caranya supaya saya diizinkan manjat sendirian dan gimana caranya hari itu juga semua perizinan selesai. Karena untuk melakukan panjat tebing di gunung kelud proses perizinannya sedikit lama dan kemungkinan sangat kecil bisa selesai dalam sehari, apalagi besok hari jumat yang biasanya setelah sholat jumat beberapa instansi sudah tutup. mboh piye carane lah haha…

Perizinan

Jumat pagi setelah sarapan, saya menuju kota kediri untuk memasukan surat ke dinas pariwisata. Seperti yang saya perkirakan, izin tidak bisa keluar hari itu juga karena surat harus antri untuk masuk ke kepala bagian (kurang lebih begitu penjelasan mereka). Namum setelah nego dan sedikit memelas, akhirnya mereka meminta saya untuk langsung koordinasi dengan pihak polsek ngancar dan balai vulkanologi. Tanpa membuang waktu lagi saya langsung menuju Polsek Ngancar, disana saya mencoba menjelaskan hasil koordinasi dengan dinas pariwisata dengan sedikit memelas lagi. Intinya pihak polsek mempersilahkan jika dari pihak vulkanologi memperbolehkan. Ternyata sudah jam 3 sore, saya bergegas menuju balai vulkanologi yang berada setelah pos registrasi. Sore itu saya bertemu dengan petugas yang sedang berjaga sendirian, ah saya lupa namanya. Setelah ngobrol dan memastikan kondisi gunung aman untuk berkegiatan 2 – 3 hari kedepan, saya lanjut pergi ke tebing sumbing untuk memperkirakan jalur yang akan saya panjat besok.

Manjat 

Jam 7 pagi saya sudah ada di bawah tebing, saat itu cuaca sangat mendukung, cerah, tidak berkabut dan juga tidak terlalu berangin. kondisi itu membuat saya menjadi sangat bersemangat, malah setelah di pikir-pikir sekarang, itu membuat saya jadi terlalu percaya diri bahwa bisa sampai top sebelum sore.

Tebing Sumbing

Pemanjatan dari ground menuju pitch 1 berjalan pelan namun lancar, sedikit kendala saat harus melakukan hand jam, itu merupakan teknik yang sangat jarang saya lakukan, karena kondisi tebing-tebing tempat saya biasa manjat di jogja tidak perlu menggunakan hand jam. Mungkin karena terlalu fokus hand jam saya jadi lupa detail pengaman apa saja yang saya pasang haha.. yang pasti variasi friend dan piton.

Pitch 1 sangat nyaman untuk istirahat, cukup luas, mungkin muat untuk bersantai 2 – 3 orang dewasa. Tak mau terlalu lama istirahat, setelah cleaning saya lanjut manjat ke pitch 2.

langkah-langkah awal sangat lancar karena sedikit scrambling. Kendala muncul di tengah-tengah jalur, batu yang saya pegang dengan tangan kiri lepas lalu membuat saya jatuh, tapi karena tangan kanan masih ada di celah dan masih berusaha nahan, jadi kondisi jatuhnya perlahan “merusut”. Nah kondisi itu membuat gri-gri tidak berfungsi karena daya hentak kurang. Sadar itu berbahaya segera saya lepas tangan kanan saya dari celah, agar benar-benar jatuh dan memberi hentakan, lalu gri-gri berfungsi. asu kaget tenan aku haha…

Beberapa meter setelah itu ada sedikit kendala lagi, sisa pengaman yang saya bawa ukurannya tidak sesuai, jadi mau tidak mau harus manjat terus sampai dapat lokasi yang pas, yoweslah seng penting ojo tibo.

Selfie Pitch 2

Sampai pitch 2 masalah baru muncul, masalah yang menurutku cukup aneh. Semangat dan gairah memanjat yang sebelumnya sangat mengebu-gebu diawal tiba-tiba saja hilang, entah karena apa, yang jelas waktu saya benar-benar bingung, dan mulai mempertanyakan hal yang tak perlu dipertanyakan, seperti “kenapa saya sendirian disini” hal yang seharusnya tidak keluar dari pikiran saya haha.. bodoh.

Mungkin sekitar 1 jam saya diam mencoba menenangkan diri di pitch 2, tapi ini sudah aneh, sama sekali gak ada keinginan untuk manjat lagi. Saat itu saya memutuskan untuk turun saja, lanjut besok mungkin pilihan tepat meskipun sedikit menyesal, dalam hati saya “kenapa harus turun!”.

“Minggu, hujan turun dari pagi sampai sore sehingga tidak ada pemanjatan hari itu”

Hari berikutnya saat hendak masuk gerbang saya diberitahu bapak ojek, kemaren mereka mendengar suara batu jatuh dari area tebing, kemungkinan ukurannya sangat besar. Itu membuat saya agak khawatir dan langsung tancap gas ke tebing. Area sekitar jalur panjat nampak aman, seperti tidak ada batu besar yang jatuh. Kemungkinan dari area tengah tebing, karena di bawah terlihat banyak beberapa boulder. Setelah memastikan fix line masih aman, saya naik ke pitch 2.  

Jalur setelah pitch 2 adalah punggungan. Tidak ada kendala serius dalam pemanjatan, pengaman yang saya gunakan adalah friend dan beberapa sling untuk di kalungkan di tumbuhan. jam 2 siang saya sampai di pitch 5, puncak sudah dekat, mungkin 1 pitch lagi, tetapi saat itu cuaca memburuk, kabut, angin kencang dan juga mulai gerimis, kondisi itu membuat saya mulai mempertimbangankan untuk lanjut atau tidak, karena jika lanjut sampai top kemungkinan akan hujan dan itu akan sangat dingin, belum lagi proses cleaning yang jelas akan memakan waktu lama. saya mengantisipasi agar tidak terlalu lama di punggungan dalam komdisi lelah dan angin kencang, belum lagi ada kemungkinan hujan yang akan membuat semua menjadi sangat berbahaya. jika itu benar terjadi, akan sangat susah dalam proses evakuasinya, karena saya sendirian.

Keputusannya adalah berhenti di pitch 5 dan turun.

Proses cleaning memakan waktu sekitar 2 jam, cukup lama karena ada beberapa hal bodoh terjadi. Saat cleaning dari pitch 5 tali saya tersangkut dan tidak bisa ditarik, jadi saya harus naik lagi. Turun dari pitch 2 pun saya melakukan kebodohan lagi, ternyata salah satu ujung tali saya belum sampai pitch 1, satu tali sudah di pitch 1 dan satunya lagi belum. untung saja kedua ujung tali sudah di simpul.

Sampai ground sekitar jam 5 sore, hari ini pun tidak sesuai rencana. hanya sebatas ini kemampuan saya, cuma bisa sampai pitch 5.

Besoknya saya harus kembali ke jogja. Mungkin lain waktu saya akan kembali kesini dengan persiapan yang lebih matang.

Tidak terlalu menyesal karena alasan saya berhenti cukup logis.

Devil Horn Pitch 5

Semacam kesimpulan

Kasus yang cukup aneh di hari pertama, bukan perkara terlalu takut, bukan perkara dingin, dan juga bukan perkara lapar. kejadian itu membuat saya teringat postingan instagram salah satu pemanjat solo asal malang, begini captionnya “pentingnya menejemen rasa dalam pemanjatan senidiri” kurang lebih begitu. Saat itu saya belum mengerti apa maksudnya, tapi setelah kasus di hari pertama saya bisa sedikit memahami kata-kata itu, mungkin yang dimaksud menejemen rasa adalah bagaimana untuk tetap logis sebelum memulai memanjat, tidak terlalu terbawa euforia dalam menentukan target. Terlalu bersemangat diawal pemanjatan sehingga melupakan segala kemungkinan buruknya, di saat mulai timbul masalah, rasa semangat itu jadi turun drastis bahkan hilang.

Sangat susah mempersiapkan rasa agar mental kita stabil selama pemanjatan solo. Suatu hal yang tidak terlihat namun sangat nyata dampaknya, mungkin saya perlu mencari orang yang tepat untuk membicarakan perihal ini haaha.. apakah itu murni bakat atau bisa dilatih, kalo bisa dilatih bagaimana cara melatihnya selain manjat.

Kawah Kelud dari Tebing Sumbing

Terlepas dari kendala-kendala yang terjadi, ini merupakan panjat tebing terbebas yang pernah saya lakukan. tidak ada yang mengaturmu, tidak ada aturan yang merepotkanmu, tidak ada yang membebanimu atau sebaliknya, simpel.